Pentingnya Keluarga dalam membangun Masyarakat dan Problematikanya
Keluarga merupakan lingkungan awal dan utama dalam pelaksanaan proses sosialisasi sosok pribadi manusia. Sosok-sosok pribadi yang berkumpul membentuk suatu kumpulan manusia yang biasa disebut masyarakat. Kehidupan masyarakat yang terdiri dari aneka ragam sosok pribadi dengan latar belakang keluarga berbeda tentu menghadirkan berbagai problematika.
Keluarga yang berjalan di era saat ini, permasalahan yang dialami semakin berat dan penat. Kegiatan yang dijalankan oleh orang tua dan anak terpisah. Kehidupan di dunia luar semakin riuh dan menjadi godaan yang menjadi pengaruh untuk pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi di dalam keluarga. Bahkan, persoalan yang terjadi di dalam rumah tangga pun sering ditampilkan dalam acara televisi (baik bentuk berita maupun drama sinetron), bermula pada konflik kecil hingga besar, bermula dari pertengkaran hingga perceraian. Seolah tak ada berita keluarga yang harmonis yang pantas untuk diteladani oleh penonton.
Permasalahan keluarga dalam masyarakat kontemporer ini yang sering terjadi, yakni terkait komunikasi. Ruang lingkup keluarga, antara orang tua dan anak bisa terjadi adanya perbedaan pandangan yang sangat kontras, orang tua lebih cenderung konservatif dan anak lebih cenderung futuristik. Contoh: Banyaknya keluhan anak terhadap berita hoaks yang sering kali tersebar dalam WhatsApp Group. Pada kasus tersebut, anak di depan orang lain dapat memberitahukan informasi ‘mencerahkan’. Namun, bingung untuk menghadapi kondisi informasi yang terjadi dari orang tua mereka terhadap berita hoaks tersebut.
Problematik yang dialami itu kenyataannya anak memilih diam dan bukan meluruskan yang benar. Dengan alasan; tidak enak, takut melawan orang tua, tidak sopan, durhaka, dan sebagainya. Solusi yang didapatkan untuk mengatasinya yaitu menggunakan komunikasi secara langsung kepada orang tua dengan penuh kehati-hatian dan menggunakan bahasa yang lembut, bertutur kata yang baik, sopan dan santun. Maka dari itu, dapat menyelesaikan masalah ataupun kesalahpahaman yang terjadi. Selain itu, dengan terciptanya komunikasi yang efektif membuat orang tua dan anak untuk memahami harapan satu sama lain.
Mengutip artikel yang ditulis oleh Jito Subianto (LPPG) yang berjudul PERAN KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BERKUALITAS dalam laman https://journal.iainkudus.ac.id menuliskan,
Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib (RA), seorang sahabat utama Rasulullah Muhammad (SAW) menganjurkan: Ajaklah anak pada usia sejak lahir sampai tujuh tahun bermain, ajarkan anak peraturan atau adab ketika mereka berusia tujuh sampai empat belas tahun, pada usia empat belas sampai dua puluh satu tahun jadikanlah anak sebagai mitra orang tuanya. Ketika anak masuk ke sekolah mengikuti pendidikan formal, dasar-dasar karakter ini sudah terbentuk. Anak yang sudah memiliki watak yang baik biasanya memiliki achievement motivation yang lebih tinggi karena perpaduan antara intelligence quotient, emosional quotient dan spiritual quotient sudah terformat dengan baik.
Peran orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya,
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak,
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak,
4. Mewujudkan kepercayaan,
5. Mengadakan kumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak).
Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan yang pertama bagi anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga anak yang secara tidak sadar mereka akan terpengaruh, maka kedua orang tua di sini berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan pada tataran teoritis maupun praktis.
Islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada pembinaan keluarga (usrah). Keluarga merupakan basis dari (ummah) bangsa; dan karena itu keadaan keluarga sangat menentukan keadaan ummah itu sendiri. Bangsa terbaik (khayr ummah) yang merupakan (ummah wahidah) bangsa yang satu dan (ummah wasath) bangsa yang moderat, sebagaimana dicita-citakan Islam hanya dapat terbentuk melalui keluarga yang dibangun dan dikembangkan atas dasar mawaddah warahmah.
Berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan Anas r.a, keluarga yang baik memiliki empat ciri.
Pertama; keluarga yang memiliki semangat (ghirah) dan kecintaan untuk mempelajari dan menghayati ajaran-ajaran agama dengan sebaik-baiknya untuk kemudian mengamalkan dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, keluarga di mana setiap anggotanya saling menghormati dan menyayangi; saling asah dan asuh.
Ketiga, keluarga yang dari segi nafkah (konsumsi) tidak berlebih-lebihan; tidak ngoyo atau tidak serakah dalam usaha mendapatkan nafkah; sederhana atau tidak konsumtif dalam pembelanjaan.
Keempat, keluarga yang sadar akan kelemahan dan kekurangannya; dan karena itu selalu berusaha meningkatkan ilmu dan pengetahuan setiap anggota keluarganya melalui proses belajar dan pendidikan seumur hidup (life long learning), min al-mahdi ila al-lahdi.